Selasa, 21 Maret 2017

Keringetan



Kucuran Keringat Barakah, Dengan Kucuran Keringat Serakah
Oleh : Herman L.
            Indonesia adalah negara yang bikin ngeri, kengerian itu terlihat pada saat kita jalan-jalan pagi. Pada saat itu kita akan bertemu dengan sebagian warga negara Indonesia yang harus jalan-jalan pagi dengan menggendong keranjang sampah untuk menampung harta yang ia ngais mulai sejak adzan subuh, ia mengumpulkan botol air mineral dengan rasa yang tidak canggung dan tidak mengenal kata gengsi. Mungkin saja itu memang karena tuntutan, sehingga ia melakukannya sama seperti halnya orang yang bekerja di suatu perusahaan yang intens setiap pagi. Tetapi barangkali ia lebih berharga daripada orang yang mengais harta rakyat dan bukan haknya, untuk keperluan pribadi.
            Negara ini secara garis besar sudah lebih tinggi gengsinya, daripada untuk sekedar melakukan hal yang baik. Seperti contoh, ia tidak mau menjadi seorang petani, karena ia menganggap seorang petani tidak memiliki wibawa, rendah, dan barangkali dengan anggapan yang menyesakkan dada adalah tidak punya kehormatan. Ia lebih suka menjadi seorang yang tamak, rakus, dan tidak memiliki rasa yang manusiawi, ia seperti Babi. Ironinya ia lebih suka menjadi orang yang seperti Babi itu, dan menganggap rendah orang yang menjadi petani. Padahal jika dibandingkan orang petani lebih berwibawa, daripada orang yang bermental Babi itu.
            Jika demikian secara tidak langsung Indonesia dibawah kendali Babi, karena banyak diantara pemimpin kita yang tidak sengaja atau sengaja telah menggunakan uang rakyat untuk kepentingan pribadi. Hal ini bukan sesuatu yang diada-adakan melainkan bukti yang sudah menyatakan, bahwa banyak diantaranya yang tertangkap oleh KPK (komisi pemberantasan korupsi). Mengapa sedemikian menyeramkan negeri ini, kemudian ada pepatah yang kiranya khusus untuk negara ini, “yang kaya makin kaya, dan yang miskin makin tidak ada”.
            Peraturan yang tidak berimbang, memaksa warga negara untuk hemat dan mengucurkan peluh kuning sekedar untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, ada salah satu contoh yang barangkali bisa membuat orang yang membacanya menangis, apakah kita masih ingat dengan peristiwa yang diberitakan di media tentang seorang gadis yang duduk di kelas XII yang rela menjual Ginjalnya untuk mempertahankan kehidupan keluarganya. jika ingat, coba perhatikan langkah yang dilakukan pemerintah. Dan pertimbangkan sendiri apakah baik ataupun sebaliknya. Gadis itu bisa saja mencuri, dan melakukan apa saja secara paksa dan hal lainnya, tetapi ia menyikapinya dengan dingin sehingga ia tidak bersifat seperti seekor Babi.
                        Karya Lama.

           
keringat barakah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

rinaimu

Sengaja taburan bunga tak ranum ku buang Menanti buah harmoni tanpa henti Sembari nyala hati dan tawa sanubari tak berani tampak pada k...