Rabu, 18 Mei 2016

kurikulum nasional dan kurikulum lokal



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Saat ini negara Indonesia telah masuk ke dalam era globalisasi, tentu segala sesuatu telah   mengalami perubahan dan kemajuan yang lebih baik. Yang harus didukung juga oleh   pendidikan, sehingga pendidikan tersebut membuat masyarakat bisa hidup dalam era    globalisasi yang memerlukan kemampuan dari individu-individu itu. Pendidikaan merupakan          hal yang paling penting pada suatu bangsa, karena dapat      menentukan  nasib dari bangsa itu        sendiri pada masa mendatang. Oleh karena itu pendidikan tidak lepas dari kurikulum yang      mencetak siswa-siswanya
            Kurikulum merupakan pedoman mendasar dalam proses belajar mengajar di dunia                         pendidikan dan juga sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan Berhasil tidaknya suatu    pendidikan, tentu akan sangat tergantung pada kurikulum. Kurikulum yang disusun dipusat           terdiri dari beberapa mata pelajaran pokok dengan harapan agar peserta didik diseluruh Indonesia mempunyai standar kecakapan yang sama. Kurikulum tersebut dinamai          kurikulum nasional atau kurikulum inti dan kurikulum  yang disusun di daerah – daerah      disebut kurikulum muatan local.
B.     Rumusan Masalah.
1.      Apa pengertian kurikulum inti dan local ?
2.      Apa dasar pelaksanaan kurikulum inti ?
3.      Apa saja Komponen-Komponen Dalam Kurikulum Inti ?
4.      Apa Tujuan dan Fungsi Kurikulum Lokal Keterampilan ?
5.      Ruang Lingkup Kurikulum Lokal ?







BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Kurikulum Inti dan Kurikulum Lokal
1.      Pengertian Kurikulum Inti
      Kurikulum inti disebut juga sebagai kurikulum nasional, karena kurikulum inti disusun dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu menciptakan para lulusan menjadi manusia indonesia seutuhnya (uuspn no. 2 tahun 1989, pasal 4) yang tentunya selalu memperhatikan pada kebutuhan siswa dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) sesuai dengan jenjang pendidikan yang ditempuh.
      Menurut Caswell, seperti dikutip dalam Nasution (1993: 115), define kerukulum inti adalah sebagai berikut: “ A continus, areful planned series of experience which are based on significant personal and social problems and which involve learning of common concern to all youth.[1]
            Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kurikulum inti adalah :
1. kurikulum inti merupakan rangkaian pengalaman yang saling berkaitan
2. direncanakan secara terus menerus sebelum dan selama dijalankan
3. berdasarkan pada masalah-masalah yang dihadapi
4. berdasarkan pribadi dan social
5. diperuntukkan bagi semua siswa, karenanya termasuk pendidikan umu
2.      Pengertian Lokal
      Kurikulum muatan lokal adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang  ditetapkan oleh daerah sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing (Depdikbud dalam Erry Utomo, 1997: 1).[2]
      Secara umum, pengertian muatan lokal adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran yang disusun oleh satuan pendidikan sesuai dengan keragaman potensi daerah, karakteristik daerah, keunggulan daerah, kebutuhan  daerah,dan lingkungan masing-masing serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai  tujuan pendidikan tertentu. Secara khusus, muatan lokal adalah program pendidikan dalam bentuk mata pelajaran yang isi dan media pembelajarannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan 14 sosial, dan lingkungan  dipelajari oleh peserta didik di daerah itu (Zainal Arifin, 2011: 205).[3]
      Kurikulum muatan lokal diartikan sebagai program pendidikan  yang isi (bahan pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan muatan lokal)  dan media penyampaiannya (metode dan sarana yang digunakan dalam penyampaian isi muatan lokal) dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan pembangunan daerah yang perlu diajarkan kepada siswa.
      Kurikulum muatan lokal merupakan salah satu bagian dari kurikulum yang berlaku saat ini, istilah muatan lokal dalam dunia pendidikan di Indonesia secara resmi mulai tahun 1987, melalui Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0412/U/1987 tanggal 11 Juli 1987, tentang muatan lokal. Kurikulum atau mata pelajaran muatan lokal pada awalnya bukan mata pelajaran yang berdiri sendiri, melainkan materi pelajaran lokal yang dimasukan ke dalam berbagai bidang studi yang relevan. Ibrahim ( 1990 ), mengemukakan bahwa “muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta kebutuhan perkembangan daerah”.
      Sejak diberlakukannya kurikulum tahun 1994, muatan lokal menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri, atau tidak lagi diintegrasikan pada mata pelajaran lainnya. Konsep muatan lokal tidak lagi sama seperti tahun 1987, konsep muatan lokal di sini adalah “Bentuk penyelenggaraan pendidikan yang bersifat desentralisasi, sebagai upaya pemerintah untuk lebih meningkatkan relevansi terhadap kebutuhan daerah yang bersangkutan” (Suharsimi Arikunto : 1998). Sedangkan pendapat lainnya mengemukakan bahwa “Kurikulum muatan lokal menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri, berdasarkan pendekatan monolitik” (Usman Wahyudi dan Yatim Riyani :1995). Pendekatan monolitik bertitik tolak dari pandangan bahwa setiap mata pelajaran mempunyai otonomi masing-masing, ia membawa misi tertentu dalam suatu kesatuan sistem. Jadi pada kurikulum 1994 muatan lokal sudah menjadi bidang studi yang berdiri sendiri, baik bidang studi wajib maupun bidang studi pilihan, atau lebih dikenal dengan muatan lokal wajib dan muatan lokal pilihan.
      Lingkungan alam adalah lingkungan hidup dan tidak hidup yang mencakup komponen hewan dan tanaman beserta tempatnya, dan hubungan timbal balik antara komponen tersebut. Jadi, dalam lingkungan alam terdapat ekosistem antara lain; kolam, sungai, hutan, sawah, keindahan alam, dan sebagainya.[4]
      Lingkungan sosial adalah Lingkungan yang mencakup hubungan timbal balik (interaksi) antara manusia satu dengan yang lainnya sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Misal; interaksi antara manusia yang terdapat dalam lingkungan sekolah, lingkungan kelurahan/desa, rukun tetangga, dan lembaga-lembaga formal, seperti koprasi unit desa, puskesmas, dan lembaga-lembaga informas lainnya seperti; majelis Ta’lim, majelis Da’wah Islamiah dan sebagainya.
      Lingkungan budaya adalah lingkungan yang mencakup segenap unsur budaya yang dimiliki masyarakat di suatu daerah tertentu. Termasuk di dalamnya antara lain adalah kepercayaan, kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat, aturan-aturan yang umumnya tidak tertulis (misalnya; tatakrama, cara pergaulan, etika dengan orang tua, dengan tetangga), nilai-nilai serta penampilan perlambang-perlambang yang menyatakan perasaan, yang antara lain terdapat dan kesenian daerah.[5]
      Perpaduan antara lingkungan alam, sosial dan budaya hakikatnya membentuk suatu kehidupan yang memiliki ciri-ciri tertentu yang disebut  dengan pola kehidupan. Jadi pola kehidupan masyarakat mencakup interaksi antara anggota masyarakat tersebut yang meliputi interaksi antara individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok lainnya baik secara formal dan informal. Dalam kenyataannya pola kehidupan suatu masyarakat dapat berbeda dengan kelompok masyarakat lainnya. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan alamnya dan sejarah perkembangan kebudayaannya. Kebudayaan masyarakat mencakup antara lain; gagasan, keyakinan, pengetahuan, aturan dan nilai, dan simbol-simbol yang di gunakan untuk menanggapi lingkungannya. Dengan demikian, pengembangan bahan pelajaran muatan lokal yang mengacu pada pola kehidupan masyarakat secara langsung maupun tidak langsung dalam mengembangkan wawasan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya.
B.     Dasar Pelaksanaan Kurikulum Inti
       Didalam pelaksanaan kurikulum terdapat banyak factor yang harus dipertimbangkan untuk mencapai tujuan dari kurikulum tersebut adapun didalam penyusunanya kurikulum mempunyai landasan yang terdiri dari landasan ideal , landasan hukum dan landasan teori. Landasan ideal berupa UUD 1945, pancasila dan tap MPR tentang GBHN dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan nasional dan tujuan pendidikan nasional.
       Landasan hukum berupa peraturan pemerintah republik indonesia Nomor 29 tahun 1990, tentang pendidikan menengah, keputusan mendikbud Nomor 060/UU/1993 tentang kurikulum sebagaimana tercantum dalam landasan program pengembangan kurikulum. Landasan teori berupa buku landasan program dan pengembangan kurikulum yang memuat tentang pedoman dalam pengembangan kurikulum dan buku pelaksanaan kurikulum terdiri atas pedoman kegiatan belajar mengajar untuk setiap mata pelajaran.
       Didalam pelaksanaan kurikulum terdapat banyak factor yang harus dipertimbangkan untuk mencapai tujuan dari kurikulum tersebut adapun didalam penyusunanya kurikulum mempunyai landasan yang terdiri dari Landasan Ideal , Landasan Hukum, Landasan Teori.[6]
a.       Landasan Ideal
Berupa UUD 1945, pancasila dan Tap MPR tentang GBHN dalam             rangkamewujudkan tujuan pembangunan nasional dan tujuan pendidikan           nasional.
b.      Ladasan Hukum
Berupa peraturan pemerintah republik Indonesia nomer 29 tahun 1990, tentang      pendidikan menengah, keputusan mendikbud nomor 060/U/1993 tentang kurikulum sebagaimana tercantum dalam landasan, program pengembangan kurikulum.
c.       Landasan Teori
            Berupa buku landasan program dan pengembangan kurikulum yang memuat tentang pedoman dalam pengembangan kurikulum dan buku pelaksanaan kurikulum terdiri atas pedoman kegiatan belajar mengajar untuk setiap mata pelajaran.
C.     Komponen-Komponen Dalam Kurikulum Inti
       Kurikulum inti atau nasional didalam penyusunannya juga harus sesuai dengan tingkatan pendidikan masing – masing. Seperti kurikulum nasional pada pendidikan dasar terdiri dari:
a.Pendidikan pancasila
b.Pendidikan agama
c.Pendidikan kewarganegaraan
d.Bahasa Indonesia
e.Membaca dan menulis
f.Matematika
g.Kerajinan tangan dan kesenian
h.Menggambar
i.Pendidikan jasmani
Komponen – komponen sebagai dasar dalam penyusunan kurikulum inti terdiri dari tujuan, isi, metode (tehnik menyampaikan dalam proses belajar mengajar), evaluasi program.
Menurut Tyler, kurikulum menyangkut hal-hal berikut:[7]
a.Tujuan yang akan dicapai
b.Isi materi pa yang harus diprogramkan untuk mencapai tujuan tersebut
c.Bagaimana isi kurikulum itu diorganisasikan
d.Bagaimana mengetahui bahwa tujuan yang akan dicapai dimiliki peserta didik.
D.    Tujuan dan Fungsi Kurikulum Muatan Lokal Keterampilan
       Tujuan muatan lokal adalah untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap hidup kepada peserta didik agar memiliki wawasan yang mantap tentang lingkungan dan masyarakat sesuai dengan nilai yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan pembangunan daerah serta pembangunan nasional.
       Lebih lanjut dikemukakan, bahwa secara khusus kurikulum muatan lokal bertujuan agar peserta didik:[8]
a)      Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya.
b)      Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya.
c)      Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai atau aturan-aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan  mengembangkan nilai-nilai luhur budaya setempat dalam rangka  menunjang pembangunan nasional.
       Pemahaman terhadap konsep dasar dan tujuan muatan lokal di atas, menunjukkan bahwa pengembangan kurikulum muatan lokal pada hakekatnya bertujuan untuk menjembatani kesenjangan antara peserta didik dengan lingkungannya (E. Mulyasa, 2007:274).
       Adapun fungsi muatan lokal (Abdullah Idi, 2007: 266267) dalam  komponen kurikulum secara keseluruhan memiliki fungsi sebagai berikut:[9]
a.       Fungsi Penyesuaian
Sekolah merupakan komponendalam masyarakat, sebab sekolah berada dalam lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, program sekolah harus disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan daerah dan masyarakat. Demikian juga pribadi-pribadi yang ada dalam sekolah yang hidup dalam lingkungan masyarakat, sehingga perlu diupayakan agar setiap pribadi dapat menyesuaikan diri dan akrab dengan  daerah lingkungannya.
b.      Fungsi Integrasi
Peserta didik adalah bagian integral dari masyarakat. Karena itu, muatan lokal merupakan program pendidikan yang berfungsi mendidik pribadi-pribadi peserta didik agar dapat memberikan sumbangan kepada masyarakat dan lingkungannya atau berfungsi untuk membentuk  dan mengintegrasikan pribadi peserta didik dengan masyarakat.
c.       Fungsi Perbedaan
Peserta didik yang satu dengan yang lain berbeda.  Pengakuan atas perbedaan berarti memberi kesempatan bagi  setiap pribadi untuk memilih apa yang sesuai dengan minat, bakat,  dan kemampuannya.
       Muatan lokal adalah suatu program  pendidikan yang pengembangannya bersifat luwes, yaitu program pendidikan yang pengembangannya disesuaikan dengan minat, bakat, kemampuan, dan kebutuhan peserta didik, lingkungan dan daerahnya. Hal ini bukan berarti muatan lokal akan mendidik setiap pribadi yang individualistik, akan tetapi muatan lokal harus dapat berfungsi untuk mendorong dan membentuk peserta didik kearah kemajuan sosialnya dalam masyarakat.
       Berdasarkan tujuan dan fungsi  tersebut diatas, dapat ditarik kesimpulan tujuan dan fungsi muatan lokal keterampilan adalah untuk  memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap hidup kepada peserta didik serta mata pelajaran muatan lokal keterampilan ini menyesuaikan dengan lingkungan sekitar, memberikan bekal agar siswa dapat bermanfaat untuk masyarakat sekitar, serta memberikan wawasan agar siswa mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki dan kemampuan dasar tersebut menjadi kelebihan dari siswa itu sendiri.
E.     Ruang Lingkup Kurikulum Lokal
Ruang lingkup kurikulum muatan lokal adalah sebagai berikut:
      Lingkup isi muatan lokal didasarkan pada keadaan daerah, kebutuhan lingkungan dan kebutuhan siswa yang akan belajar.
                              1.  Lingkup sekolah
Ruang lingkup dari muatan lokal disekolah adalah sebagai berikut:
a.       Muatan lokal dapat berupa : bahasa daerah, bahasa asing (arab,  Inggris, Mandarin dan Jepang), kesenian daerah, keterampilan dan  kerajinan daerah, adat istiadat (termasuk tata krama dan budi pekerti), dan pengetahuan tentang karakteristik lingkungan sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan.
b.      Muatan lokal wajib diberikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, baik pada pendidikan umum, pendidikan kejuruan maupun pendidikan khusus.
                              2.  Lingkup wilayah
       Beberapa kemungkinan ruang lingkup wilayah berlakunya kurikulum muatan lokal, adalah sebagai berikut:
       Pada seluruh kabupaten/kota dalam suatu provinsi, khususnya di SMA/MA/SMK (Suharsimi Arikunto, 1997: 48) .Muatan lokal pada satu kabupaten/kota atau beberapa kabupaten/kota tertentu dalam suatuprovinsi yang memiliki karakteristik yang sama.Pada seluruh kecamatan dalam suatu kebupaten/kota yang memiliki karakteristik yang sama. Setiap sekolah dapat memilih dan melaksanakan muatan lokal sesuai dengan karakteristik peserta didik, kondisi masyarakat, serta kemampuan dan kondisi sekolah. 
       Ruang lingkup muatan lokal yang sangat banyak dan juga encakup seluruh aspek, yang disesuaikan dengan daerah masing-masing. Ruang ingkup yang sangat luas tersebut juga akan menjadikan ciri khas setiap sekolah. Kelebihan muatan lokal ini akan memberikan pengetahuan yang berbeda untuk siswanya. Termasuk muatan lokal keterampilan yang merupakan salah satu muatan lokal yang berbeda dengan yang lain. Keterampilan yang diberikan menjadikan bekal untuk siswa dalam melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya.[10]















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
            Dari beberapa penjelasan di atas dapat kami simpulkan bahwa Kurikulum muatan lokal merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kurikulum nasional, keberadaannya diberikan porsi 20% isi kurikulum dan 80% kurikulum nasioanal, hal ini bertujuan agar penyelenggaraan pendidikan di daerah lebih meningkat relevansinya dengan keadaan dan kebutuhan lingkungannya, yang ditujukan terutama agar peserta didik mencintai lingkungannya. Hal tersebut sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional, oleh karena itu keberadaan kurikulum muatan lokal harus mendukung pelaksanaan kurikulum nasional.
            Selain itu juga dapat kita ketahuai Tujuan program pengembangan kurikulum muatan lokal adalah untuk memberikan bekal pengetahuan keterampilan, pembentukan sikap dan prilaku siswa, agar mereka memiliki wawasan yang luas, dan mantap tentang keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat. Sehingga nantinya siswa mampu mengembangkan serta melestarikan sumber daya alam dan kebudayaan yang mendukung pembangunan nasional dan daerah.
            Dan hal ini pun setidaknya menunjukkan sebagai upaya Dalam meningkatkan relevansi pendidikan dengan pembangunan dan kebutuhan masyarakat, pemerintah mengusahakan diantaranya dengan pengembangan kurikulum muatan lokal, atau dengan kebijakannya “Link and Match”. Melalui kebujakan ini perlu diperkuat keterkaitan antara pendidikan dan dunia usaha dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan sertifikasi pendidikan dan pelatihan yang relavan dengan kebutuhan ekonomi.








DAFTAR PUSTAKA
            Umar Tirtarahardja¸ Pengantar Pendidikan. 2005. Jakarta; Rineka Cipta.
            Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Link and Match. 1993. Jakarta; Seri kebijakan.
            Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. 2012. Bandung; PT Remaja Rosda Karya.
            Nana Syaodih Sukmadinata, Prinsip Dan Landasan Pngembangan Kurikulum. 1988 Jakarta, Depdikbud, P2LPTK.
            Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. 2008. Bandung; PT Remaja Rosdakarya.
            Abdullah Idi. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik. 2011. Jogyakarta. Ar-Ruzz Media.
            http// Kurikulum Inti
            http//Kurikulum Muatan Lokal.



[1] Umar Tirtarahardja¸ Pengantar Pendidikan. (Jakarta; Rineka Cipta, 2005). Hal 87
[2] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1993), Link and Match, Jakarta, Seri kebijakan.
[3] Ibid.
[4] Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. (Bandung; PT Remaja Rosda Karya, 2012). Hal 66.
[5] http// Kurikulum Inti
[6] Nana Syaodih Sukmadinata, Prinsip Dan Landasan Pngembangan Kurikulum. (Jakarta, Depdikbud, P2LPTK, 1988). Hal 35
[7] Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. (Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 2008). Hal 183
[8] Ibid. Hal 167.
[9] Abdullah Idi. Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik. (Jogyakarta. Ar-Ruzz Media, 2011). Hal 58
[10] Diolah dari Internet, Kurikulum Muatan Lokal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

rinaimu

Sengaja taburan bunga tak ranum ku buang Menanti buah harmoni tanpa henti Sembari nyala hati dan tawa sanubari tak berani tampak pada k...