Pendidikan Indonesia;
Merisaukan dan Menggelikan
(Upaya bersikap bijak ditengah kemelut prilaku amoral remaja)
Pendidikan indonesia saat ini sedang dihadapkan pada berbagai
persoalan—prilaku amoral. Sebut saja misalnya, pelecehan seksual,
penyalahgunaan obat terlarang (konsumsi narkoba), tawuran antar pelajar, dan
banyak prilaku tidak etis lainnya yang
dilakukan oleh remaja. Dari berbagai kasus itulah, pendidikan merupakan
instrument penting yang dapat merevitalisasi degradasi moral yang kian kompleks
ini.
Sebagai mana
mafhum pendidikan merupakan cara untuk memperbaiki akhlak manusia. Baik
buruknya moral manusia tergantung pada
pola gerak pendidikan. Hal inilah yang menjadi maksud, bahwa peradaban suatu
bangsa akan sangat bergantung pada pendidikan—signifikansi peran pendidikan
dalam peradaban .
Dari beberapa persoalan di atas, bagaimana
seharusnya pendidikan bersikap. Dan mungkinkah pendidikan Indonesia berhasil
ataupun sebaliknya ?. Tatkala kita memperhatikan terhadap upaya yang dilakukan
oleh pemerintah, setidaknya telah menunjukkan, bahwa pemerintah sudah
mengupayakan agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Sebut saja misalnya,
kurikulum pendidikan yang terus disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan
zaman, digalakkannya untuk menghindari narkoba, dan banyak usaha-usaha yang
lainnya.
Inilah salah satu
sikap yang telah dilakukan pemerintah sebagai pengelola pendidikan—sikap dunia
pendidikan. Namun sayangnya, usaha-usaha yang telah dilakukan hanya berbentuk
frase atau angan-angan (fiktif belaka)—ketika didasarkan pada kenyataan remaja
(mayoritas) sebagai makhluk terdidik yang masih saja melakukan perbuatan-perbuatan
yang tidak manusiawi—amoral.
Dalam
pembacaan yang sangat asketis pada kondisi dunia pendidikan kita, hal di atas
terjadi disebabkan karena substansi sifat ke-manusia-an tidak tertanam pada
peserta didik. Apa hubungannya antara sifat ke-manusia-an dengan kegagalan
proses pendidikan yang mengakibatkan terjadinya prilaku amoral ?. jelas
mempunyai relasi yang sangat erat. Hal ini terlihat pada tatanan nilai yang
dikandung dalam paham ke-manusia-an yang mengajarkan tentang maslahah atau
kerukunan antar manusia yang hidup.
Dari konteks
pemaknaan itulah bisa kita bandingkan, dan dapat kita artikan mengenai sifat
ke-manusia-an, yakni tidak lebih dari perwujudan prilaku yang layak bagi
manusia itu sendiri. Bobroknya praktek pendidikan—manusia yang ber-kepribadian,
di dalam konteks hidup yang sebenarnya—adalah bagian dari indikasi minimnya
sifat ke-manusia-an ini pada jiwa peserta didik. Sehingga berbagi persoalan
saling tumpang tindih dan tidak kunjung menemukan solusi.
Sudah berbagai cara yang telah diupayakan
oleh pemerintah, dalam rangka memperbaiki pendidikan Indonesia. Misal, dengan
digalakkannya pendidikan karakter—penekanannya pada iman dan takwa, kampanye
menolak penyalah gunaan obat terlarang, dan berbagi macam. Namun sayangnya,
usaha-usaha itu seolah tidak membuahkan hasil—hanya sebagai usaha yang menguras
tenaga. Ada beberapa hal yang perlu dibenahi dalam merevitalisasi terjadinya
degradasai moral pada manusia pendidikan ini.
Seburuk-buruknya manusia ia pasti
mempunyai “hati”—wilayahnya perasaan. Dan menjadi hukum kausal, bahwa manusia
akan baik tatkala hatinya sedang baik. Dari itu juga membuat kita terbangun
untuk sadar bahwa menyalahkan pendidikan sebagai proses yang salah karena
lahirnya manusia yang “premature” dalam aksi kebaikan, dapat dikira kurang
tepat. Karena yang dapat dijadikan kebenaran fungsional—adalah lemahnya sifat
ke-manusia-an tersebut.
Peran penting yang perlu diusahakan
saat ini, adalah memerankan proses pendidikan cinta dan kasih sayang. Dalam
artian—kepentingan pendidikan pragmatis yang sering dilakukan oleh beberapa
pihak harus lenyap dalam pendidikan. Pendidikan ini juga lebih menekankan pada
sifat merasa terhadap apa yang dirasakan oleh setiap peserta didik—meliputi,
yang menjadi kebutuhan dan keinginannya.
Sehingga penanaman nilai-nilai
pendidikan dapat secara mudah tersampaikan, dan bukan lagi hanya menjadi teori
belaka—namun benar-benar disempurnakan oleh aplikasi nyata dalam kehidupan.
Bobroknya moral, dan perilaku anti-kemanusiaan lainnya tidak akan lagi
terdengar dalam ruang Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar