Rabu, 18 Mei 2016

Perempuan sebagai motivasi



Deklarasi Motivasi Belajar Melalui Adagium Perempuan*
(kegelisahan kaum bersarung menyikapi koridor bertingkah laku—perempuan)
            Berawal dari sebuah kisah, seorang pengendara becak bermandi peluh menarik penumpang yang gemuk-gemuk di panas matahari dan di jalan yang menanjak. Kisah yang lain misalnya, Seorang mahasiswa bertekun mempelajari buku sampai malam, tidak menghiraukan lelah kantuknya. Dan kisah Seorang petani yang mencangkul di sawahnya dari pagi sampai petang tanpa berhenti, dan banyak cerita lainnya. Kemudian jika kita perhatikan orang-orang itu, timbul pertanyaan dalam diri kita: mengapa mereka melakukan atau bekerja seperti itu, apa yang mendorong mereka untuk berbuat demikian?.
            Itulah yang dikatakan motivasi, yaitu dorongan yang timbul pada diri seseorang, sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi itu sangat penting dalam kegiatan belajar, bahkan motivasi bisa disebut sebagai syarat mutlak untuk belajar. Yang sering terjadi, seperti cerita yang telah disampaikan di atas, seseorang melakukan sesuatu karena ada maksud. Tak dapat dipungkiri, seseorang melakukan sesuatu atas peribahasa perempuan.
            Hal ini menjadi wajar, mengingat semua manusia diciptakan memiliki dua unsur kesadaran. Yakni, unsur intrinsik (dalam) dan ekstrinsik (luar). Menjadikan perempuan sebagai motivasi belajar, termasuk motivasi unsur ekstrinsik, yaitu dorongan dari kesadaran luar diri seseorang. Namun, menjadi cacat pada saat abad aksara ini adalah menjadikan perempuan hanya sebagai ritus permainan saja, sehingga yang didapat adalah konflik-konflik negatif atau tekanan batin.
            Nah, yang menjadi persoalan bagaimana kalau yang menjadikan perempuan sebagai motivasi belajar itu adalah santri?, yang diketahui seorang santri terbatas oleh peraturan-peraturan pesantren, misalnya tidak boleh berhubungan dengan perempuan. Dalam hal inilah, seseorang terkadang melakukan penyelewengan pemaknaan terhadap pembacaan arti menjadikan perempuan sebagai motovasi belajar. Yaitu menganggapnya, perempuan itu harus bersama, berdampingan dan harus tahu yang dilakukannya--belajar. Padahal, yang sebenarnya memaknai perempuan sebagai motivasi belajar adalah  seseorang tekun belajar karena perempuan itu, dan untuk kebaikannya.
             Ini tetap tidak akan menjadi aib atau kesalahan bagi seorang santri, karena menjadikan perempuan sebagai motivasi belajar tanpa harus berhubungan dengan perempuan itu adalah hal yang diwajari. Sebab tidak ada yang bertentangan dengan doktrin agama yang dianut pesantren. Artinya boleh-boleh saja, yang tidak dibolehkan apabila ia melakukan sesuatu yang menyalahi aturan agama dengan perempuan itu.
            Memposisikan perempuan sebagai motivasi belajar adalah tahap awal kebangkitan seseorang dari sifat malas-malasan. Karena pada tahap selanjutnya, mereka belajar bukan lagi karena perempuan itu, tetapi murni kesadarannya karena ia butuh ilmu untuk segera dipelajari. Kemudian setelah ia merasakan belajar adalah sebuah kebutuhan intelektualnya, maka yang didapat adalah dua sekaligus, yakni ilmu dan perempuan. Perempuan mana sih yang tidak suka laki-laki suka belajar?.
            Sikap waspada sangat dibutuhkan, ketika seseorang sedang belajar karena perempuan. Karena tidak menutup kemungkinan, perempuan itu akan membuat seseorang lengah akan kebutuhan belajar. Inilah sifat keambiguan yang timbul ketika sedang berproses belajar karena dorongan perempuan, yaitu antara peran mulya dan durja perempuan.
            Hal ini, menuntut seseorang untuk mampu bersikap bijak, berhati-hati dan waspada. Lengah sedikit saja, kegagalan mewujudkan keinginan belajar untuk lebih tekun akan terganggu karena tidak rukun. Karena hari ini, adalah abadnya banyak orang melakukan sesuatu hanya karena membuang waktu. Apakah santri juga demikian?, seharusnya tidak.
           

            *PERSPEKTIF OPLOSAN
Herman L

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

rinaimu

Sengaja taburan bunga tak ranum ku buang Menanti buah harmoni tanpa henti Sembari nyala hati dan tawa sanubari tak berani tampak pada k...