Minggu, 12 Maret 2017

Resah

Apa yang sedang terjadi?
            Hanya bisa khawatir, demikian yang saya bisa lakukan atas berita atau kabar tentang masalah ini. Dalam doa, saya menuntut Tuhan dengan egois “semoga ada jalan terbaik”. Namun entahlah, jalan terbaik itu sesuai dengan kehendakku—alih-alih sesuai dengan kehendak-Nya. Hanya Tuhan yang tahu jalan selanjutnya.
            Jika ini kaitannya dengan salahku, maka berkenanlah dirimu memaafkanku. Mungkin ada kejenakaan yang keterlaluan atas sifatku yang telah aku lakukan tanpa sengaja. Aku telah berusaha menjadi yang terbaik, dan sama sekali tidak terpikirkan untuk berpura-pura baik. namun beginilah seperti yang telah kukatakan—aku manusia naïf yang berusaha memperbaiki diri. Aku mengutuk diriku karena aku tak mampu berbuat terbaik seperti yang kau inginkan.
            Sejauh ini, aku telah menutup diriku dari makhluk sejenismu. Dan aku lumpuh jika ada manusia sejenismu yang merencanakan fitnahnya untuk mengganggu hubungan kita. Aku kemudian lupa meneladani orang bijak untuk bersikap, jika hal ini yang benar-benar terjadi. Semoga saja tidak !. Aku bukan sekelas Einstein yang sudah matang konsep dan materi. Tapi Einstein pun kebingungan ketika ada masalah dalam romantisme dengan perempuannya. Aku terlalu dangkal segalanya—maka hanya maaf yang bisa kusampaikan jika ada masalah dengan sikapku.
            Aku sudah memantapkan keyakinan atas cintamu kepadaku—dan aku berusaha menjaganya dengan baik. Meski yang terjadi justru adalah masalah yang membuatku khawatir. Mengkhawatirkan mengganggu prosesmu belajar, aku sangat tidak menginginkan hal ini. Maka, aku hanya bisa mendengarkan larik lagu kesukaanmu saat diriku sedang merindukanmu—karena hanya begini cara menenangkan tidurku. Aku menyukai ritual ini, tak boleh ada yang menggangguku saat menjalaninya, karena aku sedang merindukanmu.
            Baik-baik sayang, ada aku untukmu.
            Maafkan atas kesalahan diriku,
Meski piring yang pecah tak akan kembali utuh hanya karena ucapan maaf. Tetapi semoga kau tidak terluka karena pecahan piring itu. Aku akan selalu berusaha untuk memperbaikinya. Maukah dirimu memaafkan kesalahanku?

#akusudahpasrah—pada-Mu, padamu!


                        

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

rinaimu

Sengaja taburan bunga tak ranum ku buang Menanti buah harmoni tanpa henti Sembari nyala hati dan tawa sanubari tak berani tampak pada k...