Nilai-Nilai Humanistic dalam
Pembangunan Asrama Baru
Telaah adaptif
atas Lubangsa Selatan yang terus beriringan dengan zaman
Dalam
berbagai kegiatan—sarana-prasarana sudah menjadi bagian penting yang tak
terpisahkan, hal ini merupakan factor penunjang atas terselenggaranya tujuan dan
suksesnya visi dan misi yang telah direncanakan. Sehingga perlu adanya
pembaruan—demi efektifitas kepadatan penduduk (santri), demikian halnya yang
tengah dilakukan di Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa Selatan; yakni
melakukan peremajaan atas asrama santri.
Selain
itu, terdapat berbabagi internalisasi nilai-nilai keharmonisan yang dilakukan
secara natural, tidak disengaja dan tanpa diduga. Misalnya gotong
royong—sikap yang dielu-elukan pemerintah, yang akhir-akhir ini sudah mulai
tidak terlihat, namun di pesantren ini sudah dianggap biasa dan sudah menjadi ruh
setiap terlaksananya berbagai kegiatan yang bermacam-macam. Bagi santri, kerja
keras adalah barakah.
Lain
halnya dengan sikap kekerabatan, di tengah-tengah selang-singkarutnya persoalan
pluralism dan teloransi. Para santri telah mewujudkan dan mengusahakan impian
Rasulullah Saw—masyarakat Madani atau dalam istilah orang Barat Civil
society. Mereka masih berdiskusi tentang hal itu—tapi santri lebih
cenderung pada pengamalan. Sehingga kerukunan dan kemajemukan yang ada di dalam
pesantren tidak pernah menjadi persoalan—justru lebih menjadikan tampak
kompleks dengan penuh keindahan.
Mungkin
sebagian dari mereka (santri) tidak bisa mendefinisikan sosialis dengan baik—alih-alih
pernah mendengar, seolah mereka terasing dari kata itu. Namun pada hakikatnya
sikap social telah menjadi mereka sendiri, tanpa mereka tahu apa maknanya,
mereka lebih dahulu mempraktekkannya.
Demikian
sebagian dari berbagai keindahan kegiatan pesantren—pembangunan asrama baru. Naluri
hidup kebersamaan dan berdampingan sudah menjadi kenyataan yang menyejukkan.
Perbedaan yang dianggap sebagai sesuatu yang menggelisahkan, pesantren telah
menunjukkan dengan ungkapan yang lain. Karena perbedaan adalah rahmat.
Demikian istilah dalam pesantren.
Dalam kalimat terjemahan yang
asketis, inilah bentuk konkrit dari humanism yang sering digembar-gemborkan
oleh banyak pihak. Meski dapat diakui secara kolektif mereka (santri) tidak
kaya teori, tetapi mereka tidak miskin aplikasi. Maka pembangunan asrama baru
adalah sebagian kegiatan yang menyimpan berbagai cerita kemanusiaan yang barang
tentu ditemukan di luar Pesantren. Apalagi peremajaan asrama baru—bersamaan
dengan terpilihnya ketua pengurus lama (yang diperbarui dengan semangat yang
baru). Karena Lubangsa Selatan adalah perwujudan kehidupan yang dinamis.
Membaca
Lingkungan.